sugihan-jatirogo.desa.id – Industri pembuatan tahu merupakan salah satu usaha kelola pangan yang memiliki prospek pasar yang bagus. Pangsa pasar terbuka lebar dan harga juga sangat terjangkau. Siapa sangka kalau di Desa Sugihan tepatnya di Dusun Lumutan terdapat sentra industri tahu rumahan yang sudah berjalan cukup lama, yakni sejak tahun 1978. Bahkan karena over produksi industri tahu ini dibagi menjadi 2 lokasi pembuatan.
Di dalam rumah tersebut, Ibu Aminah yang merupakan pewaris industri tahu ini dan 3 orang karyawan yang berasal dari masyarakat sekitar membuat tahu setiap harinya. Dengan jam kerja yang dimulai dari jam 8 pagi hingga jam 2 siang. Bahan baku yang digunakan untuk membuat tahu tersebut adalah kedelai yang sudah dipasok dari penjual kedelai setiap harinya. Industri rumahan ini menggunakan kisaran 1 kwintal kedelai per hari, dari 1 kwintal kedelai tersebut dihasilkan tahu sekitar 4500 pcs. "Setiap hari ada penjual yang selalu mengambil tahu, kurang lebih sekitar 10 orang, dan sisanya dijual sendiri di pasar, cerita bu Aminah.
Yuk simak gimana sih proses pembuatan tahunya ?
1. kedelai direndam selama 4 jam
2.kedelai dicuci di air mengalir dan kemudian di giling dengan mesin penggilingan
3. kedelai hasil gilingan tadi direbus/digodog sampai mengental seperti bubur
Perebusan bahan tahu ini pada bak berbentuk bundar yang terbuat dari semen dan dibagian bawahnya terdapat pemanas uap. Uap panas ini berasal dari tungku yang ada di belakang lokasi pembuatan. Dengan menggunakan bahan bakar kayu kemudian uap yang diperoleh dialirkan melalui pipa yang menuju ke tempat perebusan tahu tersebut.
4. hasil yg diperoleh kemudian disaring dan diperas untuk dipisahkan antara cairan dan ampasnya.
Ampas ini juga bermanfaat, bisa digunakan untuk pakan ternak dan biasanya ada pembeli juga yang mengolahnya menjadi tempe bongkrek (tempe menjes/embus).
5. hasil cairan putih seperti sari kedelai yang diperoleh ditambah dengan cuka (larutan pengendap) sedikit demi sedikit sambal diaduk perlahan. Larutan pengendap (cuka) ini berfungsi untuk menggumpalkan cairan putih tersebut.
6. setelah proses penggumpalan, air asam dibuang dan tahu bisa dicetak. Proses pencetakan ini menggunakan kain saringan tahu dan dipress agar tekstur tahu tersebut padat.
7. tahu sudah jadi dan siap dipotong-potong
Tahu ini dijual dengan harga 400 rupiah per pcs, dan sisa ampas tahu yang diperoleh dijual dengan harga 5 ribu rupiah per 5 kg olahan kedelai.
Banyak suka duka yang dialami ibu Aminah ini, terkadang jika mendekati hari raya ketupat (6 hari setelah hari raya idul fitri) beliau sampai menolak pesanan, bahkan membuat tahu dengan bahan 3 kwintal pun masih kurang. Namun, ada pula kendala yang biasanya dihadapi, masalah bahan bakar, yaitu ketika sulit mendapatkan kayu bakar. Biasanya digunakan bahan bakar lain, namun hasilnya tidak semaksimal kayu bakar.
Harapan beliau dapat terus mempertahankan industri tahu ini, karena usaha ini merupakan warisan dari orang tua beliau. Dan tentunya dapat membantu warga sekitar dengan menciptakan lapangan kerja bagi mereka (ink/sgh).